MAKALAH
KEBUDAYAAN DAN AGAMA
Di susun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah: Antropologi Agama
Dosen Pengampu: M.
Shulthoni, Msi
Di Susun Oleh:
Tri Wibowo (2032 111 009)
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
PEKALONGAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Muhammad telah
meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi
arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan
terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan
yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian,
bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa
agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan
menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad
kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga
tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan
Islam ini didasarkan kepada metode-metode ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio,
hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang,
dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan
pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama
dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran
yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah
logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan
dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat
ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula.
Dari segi ini
kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai
dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya berbeda.
Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya
prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain
saling bertolak belakang.
II.
Rumusan Masalah?
a) Apa Itu kebudayaan?
b) Membedakan antara Agama islam & Budaya?
c) Bagaimanakah perkembanagan Kebudayaan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUDAYAAN
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.[1]
B. KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya
pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga
fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga
batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga
batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh
manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu
dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang
dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin
walau dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran
dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik,
pendidikan, ekonomi, sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan
lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga
bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu,
kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide)
manusia. Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil
daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga
lahir) manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.[2]
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka
dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia
telah mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh
karena itu, hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada
masa ini menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan
bahwa ia adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan
kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir
manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah
SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada
daya pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant
mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan
kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan
dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan,
menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam
itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu
seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata
lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan
termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang.
Dalam Al-Qur'an ada perintah:
Terjemahnya :
Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi
apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang"
maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana
tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun
bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak
wahyu itu tadi. Firman Allah :
Yang Artinya : Tiadalah
Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya (An Najm: 3-4).[3]
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang
lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat
itu adalah budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari
perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di
tempat yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja
bersih dari najis tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu
kekhusyukan kita pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam
menggunakan pikiran, memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu
mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil
dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan,
lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia
didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan
kebudayaan. Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka
muncullah bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan
didalamnya umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat.
Ini semua merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an
ada perintah:
Yang Artinya: dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Perintah ini bukan kebudayaan, Tapi apabila kita hendak mengamalkan
tuntutan dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam
bermasyarakat dan bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan
kebaikan serta bergotong royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan
tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di
tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan
dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Sebagai contoh lain
meniru gaya hidup ini juga menjadi sebuah kebudayaan, dimana umat Islam hari
ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun dan sebagainya. Ini adalah
orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang dilakukan ini bukan
kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau dilaksanakan
oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain. Artinya
kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan
Jepang. .
Jadi apa sebenarnya
kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam
baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan,
dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan
kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang
usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan oleh umat Islam
itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan dengan apa
juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan kebudayaan
(tamadun) Islam.[4]
Oleh karena itu kalau
kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang dapat kita lihat
hari ini. Apakah muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh dunia
sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang
kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang
berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah
Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan manusia. Walau bagaimanapun
agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala agama-agama di luar
Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan angan-angan manusia
itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran
agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan
dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Makin
banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan dihasilkan dan
seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam.[5]
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
ISLAM
Seperti sudah kita
lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi
sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan teladan
yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati
nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan
jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan
keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam
hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang
kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga
sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk
kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang
sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan
masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan
mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain
-mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang
begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan manusia lain yang
pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi kehidupan.
Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan
kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman,
berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya.
Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan
risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan
menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu
tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang disampaikan
Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk itu
cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para
rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang
mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang
mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di
dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang
kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada
mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih
berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya
masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang
benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia
diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan
para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang
abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang dibuat-buat,
tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan
sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala
usaha baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun
untuk dirinya pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa
atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang
pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya
Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri
maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung
kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 2).[6]
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan
karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan
dari hasil budi dan karyanya itu . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa
terdapat unsur-unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem
religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa,
kesenian, sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan
peralatan.
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.
Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya
manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur
kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar
untuk berubah.
Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan
di atas, maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya
manusia. Islam pun dapat pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban
lain dalam sejarah. Islam lahir dalam sebuah kebudayaan dan berkembang
(berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan. Islam tidaklah
datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
Agama yang disebut dalam pandangan Kontjaraningrat di atas tentu tidak
dapat dinisbatkan kepada Islam. Pemaksaan untuk memasukan Islam dalam teori
tersebut akan menghasilkan pemahaman yang rancu. Islam seharusnya diberi
kesempatan untuk menafsirkan dirinya sendiri. Islam pun harus berikan
keleluasaan untuk mendevinisikan kebudayaan.
Buya Hamka menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa itu sedia
telah ada dalam jiwa manusia sendiri. Hal itulah yang universal dalam diri
manusia, fitrah manusia. Manusia melihat alam yang megah dan berbagai fenomena
luar biasa, kemudian mencoba untuk menjelaskannya.
Dari fitrah itulah menusia kemudian mencari tahu “siapa yang Maha Kuasa?”.
Pencarian manusia tersebut telah melahirkan banyak paham dan pandangan yang kemudian
dipercayai sebagai agama. Agama-agama semacam ini bukanlah agama yang
diturunkan Allah Swt kepada para nabinya, tetapi agama yang berasal dari akal
budi dan gagasan manusia. Agama semacam inilah yang tepat untuk dinisbatkan
kepada teori Kuntjaraningrat di atas.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an Aplication Microsoft Word.
- Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974.
- Hamka, Peladjaran Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1956.
- Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, Institut Antar bangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac), Kuala Lumpur, 2001.
- Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005.
[1]Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT.
Gramedia, Jakarta, 1974. hlm 19.
[3]
Al-Qur’an Aplication
Microsoft Word.
[4]Prof.
Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal
ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21.
[6]
Al-Qur’an, Get
Translation, Aplication Microsoft
Word.
0 komentar:
Posting Komentar