PENDAHULUAN
I.
Pengantar
Membahas mengenai manusia sungguh
sangat luas dan kompleks. Berbagai bidang ilmu memusatkan perhatian
masing-masing untuk memahami manusia. Misalnya, Biologi mencoba memahami
manusia dari sudut biologisnya, psikologi mencoba melihat manusia dari sisi ke jiwaan dan perilakunya, dan masih banyak lagi
lainnya.
Dalam makalah ini
kami akan membahas teori Strukturalisme
dari Lévi-Strauss. Kami pemakalah akan memberikan pemaparan mengenai teori strukturalisme dari
Levi-Strauss. Teori strukturalisme pada intinya berpendapat bahwa dalam segala
keanekaragaman budaya tentu ada sebuah struktur pembentuk yang sifatnya
universal, sama dimanapun
dan kapanpun. Claude Levi-Strauss sendiri dikenal sebagai Bapak Strukturalisme,
karena memang beliaulah yang pertama kali menjelaskannya secara lebih rinci dan
detail.
II.
Rumusan
Masalah?
a)
Seperti apakah
biografi Levi-Strausa?
b)
Bagaimana
Penjelasan teori strukturalisme dari Levi-Strausa?
c)
Bagaimanakah
tanggapan kritis strukturalisme ini?
POKOK BAHASAN
A. Hidup dan Karya Lévi-Strauss
Claude Lévi-Strauss adalah seorang
antropolog sosial Perancis dan filsuf strukturalis.[1] Ia lahir di Brussels, Belgia, pada 28 Nopember
1908 sebagai seorang keturuan Yahudi. Namun pada tahun 1909 orang tuanya pindah
ke Paris, Perancis. Ayahnya bernama Raymond Lévi-Strauss dan ibunya bernama
Emma Levy. Sejak kecil Lévi-Strauss sudah mulai bersentuhan dengan dunia seni,
yang kelak akan banyak ditekuninya ketika dewasa, karena memang ayahnya adalah
seorang pelukis.
Sesungguhnya pendidikan formal dan
minat Lévi-Strauss pada awalnya bukanlah Antropologi. Pada tahun 1927,
Lévi-Strauss masuk Fakultas Hukum Paris dan pada saat yang sama itu pula, ia
pun mempelajari filsafat di Universitas Sorbonne. Studi hukum diselesaikannya
hanya dalam waktu satu tahun. Sedangkan dari studi filsafat, aliran
materialisme menjadi aliran yang banyak mempengaruhi pemikirannya. Salah satu
argument materialisme adalah segala sesuatu harus bisa diukur, diverivikasi,
dan diindera. Namun pada suatu saat Levi-Strauss mengungkapkan kebosanannya
dalam mengajar. Kemudian setelah membaca buku Primitive Social karya
Robert Lowie, seorang ahli antropologi. Bermula dari membaca buku Robert Lowie
itulah ketertarikannya akan dunia antropologi muncul. Akhirnya, Levi-Strauss
semakin jelas berpaling kepada Antropologi ketika mengajar di Sao Paulo,
Brazil, dan melakukan studi antropologi yang lebih luas di pusat Brazil. Selama
mengajar di Brazil itulah ia mulai banyak melakukan ekspedisi di daerah-daerah
pedalaman Brazil. Heddy Shri dalam bukunya menyebutkan, ekspedisi pertamanya
adalah ke daerah Mato Grosso. Dari ekspedisi itu Levi-Strauss merasa
mendapatkan pengalaman batin yang menginspirasikan banyak hal, yang tertuang
dalam bukunya Trites Tropique. Itulah karya pertamanya dan sekaligus
mengukuhkan dirinya masuk kedalam bidang antropologi.
Dalam prosesnya melakukan penelitian dan pengamatan banyak
terbentur hambatan. Hal ini salah satunya tidak lepas dari karena ia termasuk
keturunan Yahudi, yang saat itu dalam pergolakan pembantaian oleh Jerman.
Sampai ia akhirnya harus mengalami pemecatan. Pada tahun 1947, ia kembali ke
Perancis dan pada tahun berikutnya ia diangkat sebagai maitre de recherché
selama beberapa bulan di CNRS (Center National de la Recherche Scintifique/Pusat
Penelitian Ilmiah Nasional). Pada tahun yang sama, ia menyelesaikan studi
doktoralnya di Universitas Sorbonne, dengan disertasi Les Structures
elementaires de la parente. Levi-Strauss dianggap sebagai pendiri
strukturalisme, sebuah paham yang memegang bahwa kode terstruktur adalah sumber
makna dan bahwa unsur-unsur struktur yang harus dipahami melalui hubungan
timbal balik mereka. Lebih
lanjut, bahwa struktur sosial adalah kebebasan dari kesadaran manusia dan ditemukan
dalam mitos dan ritual.
Secara singkat, itulah inti dari teori strukturalisme menurut pendapat
Levi-Strauss.
Levi-Strauss banyak menghasilkan
karya-karya tulis besar yang sangat menarik banyak perhatian banyak kalangan,
baik dari intelektual maupun awam. Karya-karya terbesar tersebut antara lain: The
Elementary Structures of Kinship (1949), Structural Anthropology
(1958), The Savage Mind (1962), and the Mythologics, 4 vols.
(1964–72). Mythologics sendiri terdiri dari tetralogi The Raw and The
Cooked, From Honey to Ashes, The Origin of Table Manners, dan The Naked
Man.
B. Teori Strukturalisme Dan Penelitian
Lévi-Strauss
Secara umum, istilah strukturalisme
banyak dikenal dalam Filsafat Sosial. Filsafat Eropa modern sering menyebut
bahwa strukturalisme adalah sebuah fenomena sosial. Lebih lanjut dikatakan
bahwa fenomena itu tidak peduli seberapa dangkal beragam wujudnya. Secara
singkat, strukturalisme adalah fenomena social yang secara internal dihubungkan
dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari. Hubungan-hubungan
internal dan pola merupakan struktur, dan mengungkap struktur-struktur ini
adalah objek studi manusia. Pada umumnya, sebuah struktur bersifat utuh,
transformasional, dan meregulasi
diri sendiri (self-regulatory). Strukturalisme adalah metodologi yang
menekankan struktur daripada substansi dan hubungan daripada hal. Hal ini
menyatakan bahwa sesuatu
selalu keluar hanya sebagai elemen dari penanda suatu sistem.[2]
Metodologi Struktural sesungguhnya berasal dari
struktural linguistik
dari Saussure, yang menggambarkan bahwa bahasa sebagai sebuah tanda dari aturan sistem sosial.
Baru pada tahun 1940, ia mengusulkan bahwa fokus yang tepat penyelidikan
antropologi berada di mendasari pola-pola pemikiran manusia yang menghasilkan
kategori budaya yang mengatur pandangan dunia sampai sekarang dipelajari. Kemudian pada tahun 1960, Claude Levi-Strauss melanjutkan metodologi ini, tidak hanya
untuk antropologi (strukturalisme antropologi) tetapi, memang, untuk penanda semua sistem. Namum memang Levi-Strausslah pada umumnya yang dianggap
sebagai pendiri strukturalisme modern. Melalui karyanya, strukturalisme menjadi
tren intelektual utama di Eropa Barat, khususnya Perancis, dan sangat
mempengaruhi studi tentang ilmu-ilmu manusia.
Pada tahun 1972, Levi-Strauss
mengeluarkan bukunya yang berjudul Strukturalisme dan Ekologi menjelaskan
secara rinci rincian prinsip dari apa yang akan menjadi antropologi struktural.
Di dalamnya, ia mengusulkan bahwa budaya, seperti bahasa, terdiri dari aturan
tersembunyi yang mengatur perilaku praktisi.[3]
Apa yang membuat budaya yang unik dan berbeda dari satu sama lain adalah aturan
tersembunyi bagi pemahaman anggota tetapi tidak dapat mengartikulasikan, dengan
demikian, tujuan antropologi struktural adalah untuk mengidentifikasi
aturan-aturan ini. Dia mempertahankan budaya yang adalah proses dialektika:
tesis, antitesis, dan sintesis.
Ahli antropologi mungkin menemukan
proses berpikir yang mendasari perilaku manusia dengan memeriksa hal-hal
seperti kekerabatan, mitos, dan bahasa. Lebih lanjut, bahwa ada realitas
tersembunyi di balik semua ekspresi budaya. Selanjutnya strukturalis bertujuan
untuk memahami makna yang mendasari pemikiran manusia yang terungkap melalui
aktivitas budaya. Pada dasarnya, unsur-unsur budaya yang tidak jelas dalam dan
dari dirinya sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem yang berarti.
Sebagai model analitis, strukturalisme menganggap universalitas proses
pemikiran manusia dalam upaya untuk menjelaskan “struktur dalam” atau makna
yang mendasari yang ada dalam fenomena budaya.[4]
C. Implementasi Teori
Pada masa ini kita masih bisa banyak
menemukan penelitian-penelitian yang menggunakan teori strukturalisme. Kita
bisa mengambil contoh peneliti yang ingin mengetahui struktur pemikiran orang
Surabaya sehingga dalam budayanya cenderung kasar, misalnya bahasa. Peneliti
tersebut membandingkan dengan struktur pemikiran yang ada didalam budaya
Yogyakarta yang cenderung lebih ramah. Antara Surabaya dan Yogyakarta yang
walaupun kelihatannya berbeda sebenarnya ada sebuah struktur sama di dalam
budaya. Dengan memahami struktur dalam budaya
peneliti akan mengetahui sebuah keuniversalan dalam budaya. Mungkin itulah yang
akan dikatakan oleh para ahli strukturalisme. Strukturalisme membantu memetakan
pola perilaku manusia dalam budaya.
D. tANGGAPAN kRITIS[5]
D. tANGGAPAN kRITIS[5]
Secara umum, strukturalisme menuai banyak
kritik dari sisi epistemology. Validitas
penjelasan struktural telah ditentang dengan alasan bahwa metode strukturalis
yang tidak tepat dan tergantung pada pengamat. Artinya unsur
subjektivisme sangat erat dalam penelitian strukturalisme. Satu peneliti dan
menghasilkan hasil yang sama sekali lain dengan peneliti lainnya.
Paradigma strukturalisme terutama
berkaitan dengan struktur jiwa manusia, dan tidak membahas aspek sejarah atau
perubahan budaya. Pendekatan sinkronis, yang menganjurkan sebuah “kesatuan
psikis” dari semua pikiran manusia, telah dikritik karena tidak memperhitungkan
tindakan manusia individu historis. Dalam pemikiran strukturalis, ide-ide yang
bertentangan secara inheren ada dalam bentuk oposisi biner, namun
konflik-konflik ini tidak menemukan resolusi. Dalam pemikiran Marxis
struktural, pentingnya perubahan abadi dalam masyarakat adalah mencatat:
“Ketika kontradiksi internal antara struktur atau dalam struktur tidak bisa
diatasi, struktur tidak mereproduksi tetapi diubah atau berevolusi”. Selanjutnya, yang lain telah
mengkritik strukturalisme karena kurangnya perhatian dengan individualitas
manusia. Budaya relativis sangat kritis terhadap ini karena mereka percaya
struktural “rasionalitas” melukiskan pemikiran manusia sebagai seragam dan
seragam. Budaya selalu mengandung unsur relative di dalamnya dan tidak bisa
disamakan atau diseragamkan. Selain
mereka yang memodifikasi paradigma strukturalis dan kritik ada reaksi lain yang
dikenal sebagai Meskipun poststructuralists dipengaruhi oleh ide-ide
strukturalis diajukan oleh Levi-Strauss “pascastrukturalisme.”, Pekerjaan
mereka memiliki lebih berkualitas refleksif. Pierre Bourdieu adalah
pascastrukturalis yang “… melihat struktur sebagai sebuah produk ciptaan
manusia, meskipun para peserta mungkin tidak sadar akan struktur”. Daripada
gagasan strukturalis dari universalitas proses pemikiran manusia yang ditemukan
dalam struktur pikiran manusia, Bourdieu mengusulkan bahwa proses berpikir
dominan adalah produk dari masyarakat dan menentukan bagaimana orang bertindak. Lain reaksi terhadap strukturalisme
didasarkan pada penyelidikan ilmiah. Dalam setiap bentuk penyelidikan yang
bertanggung jawab, teori harus difalsifikasi. analisis struktural tidak
memungkinkan ini atau untuk validasi eksternal.
KESIMPULAN
Pada bagian ini kami pemakalah akan sedikit memberikan rangkuman
atas hasil pemaparan keseluruhan tulisan ini. Sekiranya ada dua hal yang ingin kami tekankan. Pertama, yaitu
bahwa argument utama strukturalisme adalah bahwa dalam setiap budaya terdapat
sebuah struktur yang universal, sama dimanapun dan kapanpun. Banyak penelitian
yang menggunakan teori strukturalisme tersebut. Tujuannya untuk memahami pola
dalam kebudayaan.
Kedua,
nyatanya teori strukturalisme mendapatkan banyak kritik dan sorotan yang tajam.
Salah satunya yang mengena adalah bahwa manusia merupakan makluk yang komplek.
Kekomplekan itu juga terbawa dalam perilaku budaya yang mereka hasilkan pula.
Jika manusia kompleks maka usaha untuk “menyeragamkan” manusia dengan sebuah
struktur yang pasti sungguh sangat terdengar naïf. Strukturalisme memang baik
sebagai sebuah metodologi memahami manusia dan budaya. Strukturalisme adalah
alat dan bukan tujuan dalam memahami manusia dengan segala kekomplekannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bunnin, Nicholas And Jiyuan Yu. The
Blackwell Dictionary of Western Philosophy. Blackwell Publishing. New York.
2004
Diunduh dari . Culturalisme. com. pada Senin, 11 Maret 2013 pukul 17.00.
0 komentar:
Posting Komentar