MAKALAH
Di Susun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah: Hadist Sufi
Dosen Pengampu: Arif Chasanul Muna, M. Ag
Di Susun
Oleh:
Tri Wibowo (2032
111 009)
Ahmad Ubaidillah (2032
111 014)
Ali Mustofa (2032
111 016)
USHULUDDIN DAN DAKWAH
PROGRAM STUDI AKHLAK TASAWUF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Menurut Imam Al-Ghazali sabar adalah
meninggalkan seala macam pekerjaan yang digerakkan hawa nafsu, dan tetap pada
menegakkan agama meskipun bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semuanya karena mengharapkan kebahagian hidup
di dunia dan akhirat.
Maka sabar merupakan sebuah perjuangan (jihad) untuk mengekang hawa
nafsu dan kembali ke jalannya Allah. Dengan keadaan yang demikian, sabar
menjadi sebuah sifat yang sangat berat. Firman Allah : Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,’ (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
(QS. Al-Baqarah : 45-46).
Demikian beratnya melaksanakan sabar sehingga menjadi
sifat istimewa yang hanya sanggup dikerjakan bagi orang-orang yang khusu’.
Orang yang khusu’ itulah yang benar-benar mempunyai keyakinan yang kuat, niat
yang ikhlas, itikad baik, tujuan yang benar dan dengan penuh kesabaran mereka
mentaati peraturan agama baik perintah maupun larangan.
Bersabar bukan hanya
dilakukan ketika kita mengalami kesusahan dan bencana namun lebih dari itu kita
mestilah sabar dalam ketaatan terhadap perintah agama. Misalnya dalam
melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat dan haji sangat memerlukan kesabaran.
Mengerjakan shalat 5 kali sehari adalah mendidik diri pribadi “sabar” yang
menjadi kebiasaan sehari-hari dalam menjalankannya dengan menuntut
keridhaannya. Sabar dan Shalat banyak mengandung hikmah antara lain : taat, patuh, setia, bertaqwa kepada Allah.
- Rumusan
Masalah?
a)
Description
Hadist tentang Memperkokoh diri dengan sabar?
b)
Pengertian
sabar?
c)
apa saja
tingkatan Sabar dan macam-macam sabar?
d)
Mengetahui Urgensi
Sabar?
BAB II
PEMBAHASAN
MEMPERKOKOH DIRI DENGAN SABAR
عن ابي امية الشعباني, قال: اتيت ابا
ثعلبة الخشني, فقلت له: كَيف تصنع بهذه الأيه؟ قال : أية اية؟ قلت : قوله تعالي :
يأيها الذين امنوا عليكم أنفسكم لا يضركم من ضل إذا اهتديتم, قال: أما واالله لقد
سأ لت عنها خبيرا, سأ لت عنها رسول االله صل االله عليه وسلم فقا ل: "بل
ائتمروا بالمعرف , وتنهوا عن المنكرا , حتي إذا رايت شحا مط عا, وهوى متبعا, ودنيا
مؤثرة, وإعجا ب كل ذي رأي برأيه فعليك بخا صة نفسك ودع العوام, فإن من ورائكم أيا
ما الصبر فيهن مشل القبض على جمر, للعا مل فيهن مشل أجر خمسين رجللا يعملون مشل
عملكم ". قل عبد الله بن المبا رك: وزادني غير عتبة, قيل : يا رسول الله, أجر
خمسين منا أو منهم؟ قال : بل أجر خمسين منكم " (رواه التر ميذي).
Artinya:
“Di riwayatkan dari abi umayah sa’bani berkata : saya datang/ menemui kepada
abu sa’bani al-khusani, kemudian saya berkata kepada beliau: Bagaimana caranya
engkau mengerjakan ayat ini? Abu sa’labah berkata, ayat yang mana? Saya
berkata: firman Allah S.W.T, “Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri
kalian jangan sampai ada seseorang yang menyesatkan ketika kalian itu sudah di
berikan petunjuk”, abu sa’labah berkata demi Allah saya bertanya kepada
Rasulullah s.a.w tentang ayat tersebut kemudian Rasul Menjawab perintahkanlah
kebagusan, dan laranglah kemungkaran sehingga ketika kamu melihat keburukan
yang di ikuti hawa nafsu yang di anut, dunia yang dikejar dan keujuban setiap
orang yang berargument dengan akalnya maka jagalah diri kalian dan
tinggalkanlah orang-orang awam, sesungguhnya ada beberapa masa yang akan datang
diantara kalian semua ada kesabaran yang disamakan seperti menggenggam batu
bara/mowo.“Bagi orang yang beramal pada zaman itu seperti halnya ganjaran 50
orang yang beramal seperti amalnya kalian”. Abdullah bin Mubarok berkata:
selainya utbah menambahkan riwayat kepadaku. Ada yang bertanya: wahai
Rasulullah, ganjaran 50 orang dari golongan kita/dari golongan mereka? Rasul
bersabda: ganjaran 50 orang dari golongan kalian. (H.R Imam Tirmidzi).
- Pengertian
sabar
[1]Sabar
merupakan bentuk pengendalian diri`atau kemampuan menghadapi rintangan,
kesulitan menerima musibah dengan ikhlas dan dapat menahan marah,
titik berat nurani (hati). Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba.
Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten
menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi
seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di
dalam tubuh.”
Sabar secara istilah, terdapat
beberapa pengertian yang diantaranya adalah: Abu Zakaria Al-Anshori memgemukakan bahwa sabar merupakan kemampuan
seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang di
senangi maupun yang di benci. Menurut Qosim
Junaidi sabar adalah mengalihkan perhatian dari urusan dunia kepada urusan
akhirat.[2]
Toyib sah dalam bukunya Aqidah Akhlak
berpendapat bahwa sabar mempunyai dua macam pengertian yairu:
- Sabar yang berarti lapang dada dan tabah dalam
menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian yang menimpa diri
sendiri.
- Mushabroh yang berarti tabah dan teguh menghadapi
persaingan, teguh mempertahankan prinsip, lebih tabah dan teguh dalam
menjalani atau tidak.[3]
Dari definisi sabar demikian dapat
disimpulkan, yang dimaksud sabar ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu
yang disenagi dengan ikhlas dan ridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan
tidaklah dinamakan sabar orang yang menahan diri secara paksa, tetapi sabar
yang sebenarnaya ialah sabar dalam arti menyerah kepada Allah dengan lapang
dada.
- Hirarki
Sabar
Al-Ghazali
membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam diri manusia, yaitu
terbagi menjadi tiga tingkatan:
a)
Orang yang sanggup mengalahkan hawa
nafsunya karena ia mempunyai daya juang yang tinggi.
b)
Orang yang kalah oleh hawa nafsunya,
ia telah mencoba bertahan atas dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya
kesabaranya lemah maka ia kalah.
c)
Orang yang mempunyai daya tahan
terhadap dorongan nafsu tapi suatu ketika ia kalah karena besarnya dorongan
nasu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas
dorongan nafsu tersebut.
- Macam-macam
Sabar
1)
Sabar terhadap maksiat
Yaitu menahan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatan
hawa nasu, dan menghindarkan diri dari semua pebuatan yang mempunyai
kemungkinan untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.
2)
Sabar dalam menghadapi ibadah
Sabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam yang
sudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus menerus, seperti
latihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan kesabaran.
3)
Sabar dalam menahan diri dari kemunduran
Yaitu menhan diri dari surut kebelakang dan tetap berusaha untuk
mempertahankan sesuatu yang telah di yakininya, misalnya pada saat membela
kebenaran, melindungi kemaslahatan, mempertahankan harta dari perampok, menjaga
nama baik.
- Sabar
Sebagaimana Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat
yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat
103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar
sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan
betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT. Para ulama mengklasifikasikan
sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam:
- Sabar
merupakan perintah Allah SWT.
Sebagaimana yang terdapat dalam
surat al-baqarah ayat 153:[4]
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلوَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ
الصَّبِرِيْنَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
- Larangan
Isti’jal (tergesa-gesa/tidak sabar).
Sebagaimana dalam surat Al-Ahqaf
ayat 35:
فَاصْبِرْ
كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا اْلعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
Artinya: “Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka…..”.
- Kebersamaan
Allah dengan orang-orang yang sabar.
Di jelaskan dalam surat Al-Anfaal
ayat 46:[5]
وَاصْبِرُوْا
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
Artinya: “Dan
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang
sabar.”
Dalam kitab
Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar.
Secara garis besar, hadits tersebut menggambarkan kesabaran merupakan “dhiya’
“ (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan
mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW dalam haditsnya menerangkan:
وَالصَّبْرُ
ضِيَاءٌ
Artinya: “…Dan
kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim).
- Urgensi
Realisasi sabar
a)
Sabar dalam melaksanakan ketaatan
kepada Allah SWT.
Salah satu contohnya adalah dalam
beribadah dapat di-implementasikan dengan bentuk melawan dan memaksa diri untuk
bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan
malaksanakan shalat secara berjamaah, dengan menghadirkan hati
untuk tidak bersikap ‘ujub, riya atau pun cari popularitas lainnya. Karena
keikhlasan dalam beribadah merupakan syarat mutlak untuk diterimanya semua
amalan yang kita lakukan, dan kelak pahalanya seseorang yang mampu dan selalu
bersabar di dalam menjaga ketaatannya adalah setara dengan 600 derajat di
hadapan Allah SWT.
b)
Sabar di saat sedang dalam
menghadapi musibah.
Sabar juga memiliki dimensi untuk
merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju
perbaikan yang lebih baik. Seseorang dapat dikatakan tidak sabar, jika ia
menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Seseorang yang selalu
bersabar di saat tengah di timpa musibah, akan mendapatkan sebanyak 300 derajat
kemulyaan dari Allah SWT.
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu
ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat
sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Bertakwalah kepada Allah,
dan bersabarlah.” Wanita tersebut menjawab: Menjauhlah dariku, karena
sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang
menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang
menegurnya tadi adalah rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi Rasulullah SAW dan ia
tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada rasulullah SAW,(maaf)
aku tadi tidak mengetahui engkau wahai rasulullah SAW. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.” (HR. Bukhari Muslim).[6]
Dari Suhaib ra, bahwa rasulullah SAW
bersabda:
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ, إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ
إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ
إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ, وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صََبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh
menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya, dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang
mukmin: yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia
tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Amru bin Usman mengatakan, bahwa
sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan
tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas bahwa sabar adalah
refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar
tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti
ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada,
ketidak sabaran untuk berusaha, untuk berjuang dan lain sebagainya. Karena,
seseorang bisa di katakan sabar apabila dalam kehidupannya dia tidak selalu
merasa menyesal, dalam hidupnya dia selalu memandang ke arah kemajuan(positive
thinking), karena seseorang yang di limpahkan keimanan akan selalu meyakini
janji Allah
untuk selalu bersabar, sebagaimana janji-Nya dalam akhir surat Az-Zumar ayat
10:
…………….إِنَّمَا يُوَفَّى الصّبِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حَسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
(Az-Zumar: 10).
- Kiat-Kiat
Untuk Meningkatkan Kesabaran guna diri menjadi kokoh.
Ketidaksabaran merupakan salah satu
penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi sejak dini. Karena hal ini memiliki
dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang manusia. Seperti hasil yang
tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, dan enggan untuk melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran, diantaranya:
- Mengikhlaskan
niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya.
Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran.
- Memperbanyak
tilawah (baca: membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore
ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut
disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena
al-Qur’an merupakan obat bagi hati manusia.
- Memperbanyak
puasa
sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu
terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga
merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
- Mengingat-ingat
kembali tujuan hidup di dunia.
Karena hal ini akan memacu kita untuk beramal secara sempurna. Sedangkan
ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar
untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan
bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang
dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya.
- Perlu
mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika
sedang sendiri dalam rumah/Kos-kosan hendaklah dilatih untuk beraktifitas
positif seperti membaca, beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi.
Dan kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq
fi sabilillah.
- Membaca
kisah-kisah
kesabaran para Nabi, sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh
Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut
dicontoh yang kemudin dapat di aplikasikan dalam kehidupan nyata di dunia.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inilah
sekelumit Tekstualis mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar merupakan
salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat ini dapat
dimiliki oleh setiap manusia. Karena pada dasarnya kita memiliki potensi untuk
mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya. Sabar tidak identik dengan
kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan
keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi
yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah,
marilah secara bersama-sama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya
Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibnu
Qayyim Al-Zauwjiyyah, Al-Fawa’id.
Supiana
dan karman, 2003, materi pendidikan islam, (bandung : rosda).
Saputra
Thiyib sah dan wahyudin, 2004, aqidah akhlak, (semarang: toha
putra)
Departemen
Agama RI, 2004, Al-Qur’an digital dan terjemahan, K.H.Q. Shaleh, H.A.A.
Dahlan, Prof Dr. H.M.D. Dahlan. Penerbit: CV Diponegoro, Bandung.
Tasmara
Toto, 2001, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta:
Gema Insani Press).
[4]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
digital dan terjemahan, K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D.
Dahlan. Penerbit: CV Diponegoro, Bandung.
[5]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
digital dan terjemahan, K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D.
Dahlan. Penerbit: CV Diponegoro, Bandung.
[6]
K.H. Toto Tasmara, Kecerdasan
Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Depok: Gema Insani Press,2001)
hlm. 212.
0 komentar:
Posting Komentar