‘Sesungguhnya kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan sesuatu
bergantung pada kondisi dasarnya. Kondisi dasar sesuatu adalah
menyangkut untuk apa ia diciptakan. Oleh karena itu, kenikmatan mata
adalah dengan melihat yang indah-indah. Kenikmatan telinga adalah dengan
mendengar suara-suara merdu. Begitulah seterusnya untuk anggota badan
lainnya. Namun, khusus berkaitan dengan hati, kenikmatannya hanyalah
manakala ia dapat mengenal Allah swt., karena hati diciptakan untuk itu.
Jika manusia mengetahui apa yang tidak diketahuinya, maka senanglah ia.
Begitu juga dengan hati. Manakala hati mengenal Allah swt., maka
senanglah ia, dan ia tidak sabar untuk ‘menyaksikan-Nya’. Tidak ada yang
maujud yang lebih mulia dibanding Allah, karena setiap kemuliaan adalah
dengan-Nya dan berasal dari-Nya. Setiap ketinggian ilmu adalah jejak
yang dibuat-Nya, dan tidak ada pengetahuan yang lebih digdaya dibanding
pengetahuan tentang diri-Nya.’
Jumat, 26 April 2013
WASIAT AL-GHAZALI HENDAK WAFAT
Ketika Imam Ghazali pergi ke Rahmatullah pada hari Senin, 14
Jumada al-Tsani 505 H, tepatnya 18 Desember 1111M, dalam usia ke 53. Dan
Ahmad saudara Al Ghazali menghubungkan fajar dari hari meninggalnya Al
Ghazali. Ia berwudh dan berkata : “Bawakan kain kafanku!” kemudian ia
mengambilnya dan menciumnya serta meletakkan di depannya kemudia Al
Ghazali berkata : ” Dengan senang hati saya memasuki Kehadirat
Kerajaan.” kemudian ia memasuki tempat yang siapapun tidak boleh
memasukinya. Saat mereka masuk, didapati Al Ghazali sedang menghadap
kiblat dan sudah memakai kain kafannya, serta di atas kafannya terdapat
selembar kertas yang berisi syair-syair. Menurut Margareth Smith
M.A,Ph.D penulis biografi Al Ghazali dalam bukunya. Dan salah satu syair
itu yakni :
Katakanlah kepada teman-temanku, saat mereka melihatku mati.
Mencucurkan air mata padaku, berduka cita atas dalam duka.
Jangan percaya, mayat yang kau lihat adalah aku.
Dengan Nama Allah, kukatakan kepadamu, mayat itu bukan aku.
Aku adalah Ruh, badan ini tidak ada apa-apanya, cuma daging.
Jasad itu, tempat tinggal pakaian sementaraku.
Mencucurkan air mata padaku, berduka cita atas dalam duka.
Jangan percaya, mayat yang kau lihat adalah aku.
Dengan Nama Allah, kukatakan kepadamu, mayat itu bukan aku.
Aku adalah Ruh, badan ini tidak ada apa-apanya, cuma daging.
Jasad itu, tempat tinggal pakaian sementaraku.
Aku adalah pusaka, dan badan ini hanya kulit penjaga.
Dihiasi debu, melayaniku sebagai tempat keramat.
Akulah mutiara, yang ditinggalkan kulit di padang pasir.
Akulah narapidana, yang menghabiskan waktu dalam duka.
Akulah burung, dan jasad ini adalah sangkarku.
Tatkala aku bebas terbang, ada bekas ku tinggalkan.
Segala puji bagi Tuhan, yang telah melepaskanku, bebas.
Ia persiapkan tampatku, di surga tertinggi.
Dihiasi debu, melayaniku sebagai tempat keramat.
Akulah mutiara, yang ditinggalkan kulit di padang pasir.
Akulah narapidana, yang menghabiskan waktu dalam duka.
Akulah burung, dan jasad ini adalah sangkarku.
Tatkala aku bebas terbang, ada bekas ku tinggalkan.
Segala puji bagi Tuhan, yang telah melepaskanku, bebas.
Ia persiapkan tampatku, di surga tertinggi.
Hari ini aku mati, setelah aku hidup di tengah-tengahmu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dengan kafan yang terbuang.
Hari ini aku dapat berbicara dengan orang suci di atas sana.
Sekarang tanpa penghalang aku berhadapan melihat Tuhan.
Aku melihat lembaran, dan disitu ku baca isinya.
Semuanyan ada padanya, yang hilang, sedang dan akan terjadi.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dengan kafan yang terbuang.
Hari ini aku dapat berbicara dengan orang suci di atas sana.
Sekarang tanpa penghalang aku berhadapan melihat Tuhan.
Aku melihat lembaran, dan disitu ku baca isinya.
Semuanyan ada padanya, yang hilang, sedang dan akan terjadi.
Biarkan rumahku hancur, letakkan sangkarku di atas tanah.
Lemparkanlah jasad, sebagai bukti, tidak lebih dari pada itu.
Lepaskan jubahku, karena itu hanyalah pekaian luarku.
Tempatkan semuanya di kuburan, biarkan, agar terlupakan.
Aku telah melalui jalanku, kau akan menyusul kemudian.
Tempat tinggalmu bukan tempat tinggalku.
Lemparkanlah jasad, sebagai bukti, tidak lebih dari pada itu.
Lepaskan jubahku, karena itu hanyalah pekaian luarku.
Tempatkan semuanya di kuburan, biarkan, agar terlupakan.
Aku telah melalui jalanku, kau akan menyusul kemudian.
Tempat tinggalmu bukan tempat tinggalku.
Jangan kau kira, mati adalah mati, bukan, tetap hidup.
Hidup yang melampaui semua yang di impikan disini.
Selagi di dunia, kita hanya bisa tidur
Mati, lebih dari sekedar tidur, ialah tidur yang dipanjangkan.
Jangan takut saat mati menghampiri mendekatimu.
Mati hanyalah suatu awal menuju rumah yang di berkati.
Hidup yang melampaui semua yang di impikan disini.
Selagi di dunia, kita hanya bisa tidur
Mati, lebih dari sekedar tidur, ialah tidur yang dipanjangkan.
Jangan takut saat mati menghampiri mendekatimu.
Mati hanyalah suatu awal menuju rumah yang di berkati.
Pujilah kelembutan-Nya dan datanglah jangan takut.
Apa yang ku alami, akan kau alami.
Sepengetahuanku, engkau juga seperti aku.
Seluruh jiwa manusia berasal dari Tuhan.
Raga mereka semuanya tersusun serupa.
Baik dan buruk, bergembiralah sekarang.
Semoga kedamaian Tuhan dan kesenangan abadi menyertaimu.
Apa yang ku alami, akan kau alami.
Sepengetahuanku, engkau juga seperti aku.
Seluruh jiwa manusia berasal dari Tuhan.
Raga mereka semuanya tersusun serupa.
Baik dan buruk, bergembiralah sekarang.
Semoga kedamaian Tuhan dan kesenangan abadi menyertaimu.
WaLLahu A`alam
Langganan:
Postingan (Atom)