Kumpulan Makalah

Subscribe:

Ads 468x60px

Social Icons

About

Blogger news

Blogroll

Selasa, 12 Juni 2018

Cara Orang Cerdas Berhari Raya oleh Rustam Ibrahim, Dosen UNU Surakarta, Wakil Katib Syuriyah PCNU Boyolali

Khutbah Idul Fitri: Cara Orang Cerdas Berhari Raya

Khutbah Idul Fitri: Cara Orang Cerdas Berhari Raya
Ilustrasi (via Pinterest)
Khoiron, NU Online | Selasa, 12 Juni 2018 11:00
Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
الْحَمْدُ ِللهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
أَمّأَبَعْدُ؛ فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,

Pertama, mari kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan segenap kemampuan berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Alhamdulillah di hari yang penuh kemuliaan dan kemenangan ini, seluruh umat Islam di seluruh dunia memperingati hari raya setelah sebulan penuh berpuasa Ramadhan, yaitu hari raya Idul Fitri. Karena itu dalam khutbah ini, khatib akan menjelaskan apa makna Idul Fitri, bagaimana kita beridul fitri yang sesuai tuntunan Al-Qur’an Sunnah dan para ulama, dan apa pelajaran penting yang dapat kita petik dari momentum hari raya idul fitri yang mulia ini?  

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,

Hari raya Idul Fitri adalah hari raya kemenangan umat Islam. Umat Islam sudah seharusnya mengetahui apa makna Idul Fitri. Kata “id” berasal dari akar kata âda – ya‘ûdu yang artinya kembali, sedangkan kata fitri sebagaimana dalam kamus Munjid halaman 555 bermakna berbuka bagi orang yang berpuasa. Dengan demikian, makna Idul Fitri adalah kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kata Fitri memiliki kaitan dengan kata fitrah, dalam kamus yang sama kata “fitrah” bermakna agama yang benar dan tabiat asal kejadian manusia. Maksudnya, setiap orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, akan diampuni segenap dosanya yang telah lampau. Sehingga pada hari raya ini umat Islam kembali pada fitrah, bagaikan bayi yang suci dan bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan. Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 26 meriwayatkan hadits, Nabi bersabda:

وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” 

Dari hadits di atas, setiap kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena Allah ta’ala, pada hari raya ini ia terbebas dari segala dosa, bersih suci sebagaimana bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Sebagaimana sabda Nabi:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (Islam). Kedua orang tuanya yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR Bukhari, juz 2, halaman 100).  

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,

Bagaimana kita beridul fitri yang sesuai tuntunan Al-Qur’an Sunnah dan para ulama?

Musthafa As-Siba’i dalam kitab Hakadza Allamtani Al-Hayat juz 1 halaman 118 membagi cara beridul fitri menjadi tiga bagian, pertama, cara beridul fitri orang cerdas dan berakal. Orang cerdas melihat idul fitri sebagai kesempatan untuk menambah ketaatan dan ibadah kepada Allah ﷻ. Dengan silaturrahim, halal bihalal, saling bermaafan, memberi sedekah, dan menolong orang lain.

Kedua, cara beridul fitri orang bodoh, orang yang melihat Idul Fitri sebagai kesempatan untuk menambah maksiat dan melampiaskan hawa nafsunya, seperti mencela, menghina, membuat ujaran kebencian, menebarkan hoaks, dan memecah belah umat Islam.

Ketiga, cara beridul fitri orang khilaf dan anak-anak. Orang khilaf dan anak-anak melihat idul fitri sebagai kesempatan untuk bermain bersama teman-temannya, bersenang-senang, belanja baju baru dan mendapatkan banyak fitrah dari keluarga dan sanak saudara.

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah

Salah satu cara beridul fitri orang cerdas dan berakal, adalah menghidupkan tradisi yang amat baik selepas Idul Fitri, yaitu tradisi saling memaafkan, atau lebih dikenal di Indonesia dengan tradisi halal bi halal. Yang memiliki kesalahan meminta maaf pada yang disalahi; yang disalahi memberi maaf kepada yang bersalah. Tradisi ini sesuai dengan firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ  

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”

Selain itu, dalam sebuah hadits dijelaskan, orang yang bersalah diperintahkan untuk segera meminta maaf atas kesalahannya. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 129. Nabi bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ  دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ 

“Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moral maupun material, segera meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila ia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya. Namun bila ia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang ia salahi. Menjadi jelas, mumpung hari ini semua orang sedang bahagia dengan menyambut hari raya idul fitri, semua orang mudah memberi maaf, semua orang dalam keadaan lapang, mari kita manfaatkan momentum berharga ini untuk saling bermaafan. 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah

Pada momentum hari raya idul fitri ini, kita diperintahkan Allah ﷻ untuk peduli terhadap sesama, yaitu kewajiban untuk mengeluarkan zakat fitrah sebanyak 1 sha’, kurang lebih 2.75 kilogram. yang dikeluarkan sebelum shalat hari raya Idul Fitri. Sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah Juz 1 halaman 585:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِين مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ

“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang puasa dari kejelekan dan untuk memberikan makan bagi orang miskin.  Siapa membayar zakat fitrah sebelum shalat id, merupakan zakat fitrah yang diterima. Dan siapa yang membayar zakat usai shalat id, dianggap sebagai sedekah. (HR Ibnu Majah) 

Tujuan zakat fitrah adalah untuk menyucikan diri orang yang berpuasa dari segala bentuk kesalahan selama berpuasa. Tidak terasa orang berpuasa berkata kotor, melakukan ujaran kebencian, atau menebarkan hoax, maka zakat fitrah ini berfungsi untuk menyucikan jiwa orang yang berpuasa agar menjadi insan yang mulia. Selain itu zakat fitrah bertujuan untuk berbagi terhadap sesama muslim yang membutuhkan, jangan sampai di hari raya yang mulia ini mereka masih memikirkan kebutuhan pangan. Inilah kemuliaan agama Islam yang tidak hanya memperhatikan ibadah secara vertikal kepada Allah ﷻ, namun juga memperhatikan terhadap kebutuhan sesama muslim yang membutuhkan.  

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah  

Apa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hari raya idul fitri ini? Ibnu Rojab dalam Kitab Lathoiful Ma’arif, juz 1, halaman 277 mengatakan:

لَيْسَ الْعِيْد لِمَنْ لَبِسَ الْجدِيْد إِنَّماَ اْلعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْد لَيْسَ الْعِيْد لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَالرُّكُوْبِ إِنَّمَا العِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْب    

"Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang memakai pakaian baru tanpa cacat, hari raya id diperuntukkan bagi orang yang semakin bertambah ibadah dan taat.   Hari raya Id tidak diperuntukkan bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya, hari raya Id diperuntukkan bagi orang yang diampuni dosa-dosanya.”

Hari raya idul fitri adalah jembatan untuk meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah ﷻ. Sebagaimana tujuan diperintahkan puasa, yaitu menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah ﷻ. Jika sebelum bulan Ramadhan, ibadah kita belum baik, banyak melakukan kesalahan dan kejelekan, setelah hari raya Idul Fitri ini, kita berkomitmen untuk memperbaiki diri, memperbaiki kesalahan, dan meminimalisir kesalahan dan kejelekan. 

Mari kita contoh puasanya ulat, sebelum berpuasa ia menjadi hewan yang menjijikkan, namun setelah berpuasa selama beberapa waktu, ia menjadi kupu-kupu yang bersih dan disukai oleh banyak orang. Jangan sampai kita berpuasa sebagaimana ular, tiada perbedaan selama melakukan puasa, bahkan setelah puasa ia lebih ganas dari sebelumnya. Na’ûdzu billâhimin dzâlik. Semoga hari raya idul fitri ini menjadi momentum bagi kita untuk semakin baik, semakin peduli, semakin indah, cinta damai dan semakin rukun.  Aamiin. 

بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بفهمه إنه هو البر الرحيم

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ 7×، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ



Rustam Ibrahim, Dosen UNU Surakarta, Wakil Katib Syuriyah PCNU Boyolali


Baca juga:
    - Khutbah Idul Fitri: Pembentukan Jati Diri Pasca-Ramadhan


KONTAK

Nahdlatul Ulama
Jl. Kramat Raya 164, Jakarta 46133 - Indonesia, redaksi[at]nu.or.id

MEDIA PARTNER

164 Channel
TV9
Aswaja TV
NU TV
Radio NU
Majalah Risalah NU

Sabtu, 17 Maret 2018

Karya Mukti Rimba Melintang (Mancing Malam)






                         Mancing Sepat
                 Mancing Malam (Lembat)
            Karya Mukti Rimba Melintang

Karya Mukti Rimba Melintang


                            Nimbang Sawit
         Karya Mukti Kec. Rimba Melintang

Kamis, 04 Januari 2018

Mars Rokan Hilir versi Arab Melayu


Himne Rokan Hilir Versi Arab Melayu


Lirik Indonesia Raya Versi Arab Melayu


Leger Mid Semester Ganjil 2017

                   

6 Syarat Menuntut Ilmu dalam Kitab Ta'lim Muta'alim


Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim yang ditulis Oleh Syaich Al-Zarnuji. menisbatkan dua Bait Syair kepada Ali Bin Abi Thalib r.a, Dua Bait Syair itu Berbunyi:
 "Ingatlah! Engkau tidak akan Mendapatkan ilmu Kecuali dengan Memenuhi 6 Syarat. saya akan beritahukan secara rinci. Yaitu : 1. Kecerdasan, 2. Kemauan (Rakus Akan Ilmu). 3. sabar. 4. Biaya (Pengorbanan materi/waktu). 5. Petunjuk (Bimbingan) Guru dan 6. Waktu Yang lama."
1. Cerdas
cerdas bukan berarti seseorang harus memiliki IQ yg tinggi. akan tetapi seseorang yg telah dibekali Allah Akal sehat dan seseorang Tersebut tidak Gila.
2. Kemauan
seseorang yg kemauanya besar, semangat yg Tinggi dan ia tidak puas hanya pada satu ilmu terus menggali berbagai ilmu dalam hal ini rakus akan Ilmu.
3. Sabar
pada diri setiap seseorang pasti memiliki sabar. tentu sabar inilah yg jg bagian dr syarat menuntut ilmu ia Tekun, ulet, hingga Educasi (Kreatif)
4.Biaya
Taatkala menuntut ilmu tidak terlepas dari biaya Materi. ia Harus membeli sebuah buku sebagai bacaan pengetahuan berdasarkan Reference.
5. Petunjuk (Bimbingan Guru)
seseorang yg Menuntut ilmu harus Berguru. ia tidak cuman memperoleh ilmu dari membaca buku/Kitab sendiri tapi juga didampingi atau dibimbing Oleh Guru .dan semua manusia yg berilmu Pasti Berguru.
6. Waktu Yg lama
artinya Seseorang yg menuntut Ilmu kemudian berilmu pasti memerlukan waktu yg panjang. ia tidak cuman belajar sehari, seminggu, sebulan tapi Tahunan. seperti seseorang santri salafi ada minimal mondok 7 tahun itu baru Bisa Mengaji meski yg 7 tahun kadang ada yg kurang bermanfaat dan disitu perlu lebih dari Tujuh Tahun agar benar terbukti kemampuany bisa mengaji baik alquran secara fasih maupun ia mampu membaca kitab Gundul dan tentu hingga Faham syariat plus Toleransi.